BJ Habibie, Bapak Teknologi Indonesia

waktu baca 10 menit

bikinseru.com | BJ Habibie di kenal dengan dengan nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie. Ia biasa di sapa dengan nama Rudy. Habibie merupakan salah satu orang yang paling jenius yang pernah di miliki di Indonesia. Mantan presiden Indonesia ke III ini juga pernah memimpin perkembangan teknologi Indonesia.

Ia juga merupakan pria yang di kenal sangat ahli dalam teknologi pesawat terbang. Karena kecerdasan yang di milikinya dan jasanya dalam kemajuan teknologi Indonesia, Habibie kemudian di kenal sebagai ‘Bapak Teknologi Indonesia.

Masa Kecil BJ Habibie

Nama lengkapnya adalah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie.  Ia di lahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil dan RA. Tuti Marini Puspowardojo.

Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun pada tanggal 12 Mei 1962 ini di karuniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie di lalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah di tunjukkannya sejak kanak-kanak.

Ia punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini di kenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung saat ia sedang shalat Isya.

Tak lama setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan pindah ke Bandung bersama anak-anaknya, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya.

Riwayat Pendidikan BJ Habibie

Karena kemauan untuk belajar, Ibunya kemudian memasukkan anaknya yang di kenal hobi membaca ini Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta yang merupakan salah satu keistimewaannya. Ia menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai di sana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman.

Karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya penguasaan teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara di kala Indonesia pada waktu itu masih berkembang.

Pada waktu itu pemerintah Indonesia di bawah Soekarno gencar membiayai ratusan siswa cerdas Indonesia untuk bersekolah di luar negeri menimba ilmu di sana. Ia adalah rombongan kedua di antara ratusan pelajar SMA yang secara khusus di kirim ke berbagai negara.

Dalam profil Habibie, di ketahui bahwa ia kemudian memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH).

Pendidikan yang di tempuh Habibie di luar negeri bukanlah pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek.

Ketika sampai di Jerman, Ia sudah bertekad untuk sunguh-sungguh di rantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari.

Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana di berikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain.


Gelar

Perjuangan Habibie untuk mencapai cita-citanya di laluinya dengan penuh rintangan dan kerja keras. Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus di isi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan di sampingkan kecuali belajar.

Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.

Dalam biografi BJ Habibie, di ketahui Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5, Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Peran Habibie di Talbot sebagai salah satu insinyur yang mendesain struktur atau rangka kereta api.

Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Ia mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.

Setelah itu beliau kemudian melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen. Dan kemudian menikah pada tahun 1962 dengan Hasri Ainun di Indonesia. Setelah itu istrinya kemudian ia boyong ke Jerman. Di sana hidupnya semakin keras.

Di pagi-pagi sekali, Ia terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam hari dan belajar untuk kuliahnya.

Istrinya Nyonya Hasri Ainun harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk menghemat kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun 1965, Ia mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen.

Rumus Faktor Habibie

Rumus yang di temukan olehnya di namai “Faktor Habibie” karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia di juluki sebagai “Mr. Crack“. Formula atau Rumus tersebut merupakan salah satu Prestasi Habibie yang paling terkenal. Pada tahun 1967, ia menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.

Penghargaan BJ Habibie

Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkannya di akui lembaga internasional di antaranya, Penghargaan Habibie di antaranranya adalah Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).

Sementara itu penghargaan bergengsi yang pernah di raih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.

Langkah-langkah Habibie banyak di kagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita.

Dalam perjalanan Hidupnya, Habibie di ketahui hanya setahun kuliah di ITB Bandung. Ia 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Ia lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.


BJ Habibie dan Pesawat Terbang N250 Gatot Kaca

Di Indonesia, Habibie menjabat selama 20 tahun sebagai Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT. Ia juga memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis. Pada tahun 1995, Ia berhasil memimpin pembuatan pesawat N250 Gatot Kaca yang merupakan pesawat buatan Indonesia yang pertama. Salah satu karya Habibie yang terkenal.

Pesawat N250 rancangan Habibie kala itu bukan sebuat pesawat yang di buat asal-asalan. Di desain sedemikian rupa olehnya. Pesawat N250 ciptaannya sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, teknologi pesawat itu sangat canggih dan di persiapkannya untuk 30 tahun kedepan.

Ia memerlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal. Pesawat N250 Gatot Kaca merupakan satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’.  Pesawat N250 Gatot Kaca sudah terbang 900 jam menurutnya. Selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA (Federal Aviation Administration).

PT IPTN bahkan membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu, meskipun pada waktu itu banyak yang memandang remeh pesawat buatan Indonesia itu termasuk sebagian kalangan di dalam negeri.

IPTN di bawah komandonya sudah mulai berjaya dan mempekerjakan 16.000 orang. Namun, tiba-tiba Presiden Soeharto memutuskan agar IPTN di tutup. Begitu pula dengan industri strategis lainnya. Hal ini di lakukan ketika badai krisis moneter melanda indonesia antara tahun 1996-1998.

Penyebab lain di tutupnya IPTN ketika itu adalah Indonesia menerima bantuan keuangan dari IMF (International Monetary Fund) di mana salah satu syaratnya adalah menghentikan proyek pembuatan pesawat N250. Di mana pesawat ini merupakan kebanggaan dan hasil kerja rakyat Indonesia.

Semua tenaga ahli yang bekerja di IPTN dan industri strategis lain terpaksa menyebar dan bekerja di luar negeri, kebanyakan dari mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Brazil, Canada, Amerika dan Eropa.

Presiden Republik Indonesia

Setelah di tutupnya IPTN, Habibie yang ketika itu masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) kemudian di angkat menjadi wakil presiden Indonesia pada tanggal 14 maret 1998 mendampingi Soeharto dalam kabinet Pembangunan VII. Ia menjabat sebagai wakil presiden hanya beberapa bulan saja hingga 2 mei 1998.

Gejolak politik hebat serta reformasi yang di tuntut oleh masyarakat Indonesia mencapai puncaknya pada bulan Mei 1998. Lengsernya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 yang di sertai pengumuman pengunduran di rinya.

Hal itu membuat Habibie kemudian resmi menggantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Beliau di sumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia ke 3. Selanjutnya, Pria yang di kenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia ini menjabat sebagai Presiden Indonesia ke III selama lebih dari satu tahun. Ia memegang jabatan presiden Indonesia dari tanggal 21 mei 1998 hingga 20 Oktober 1999.

Pada waktu itu, Ia mewarisi kondisi di mana Indonesia sangat kacau balau pasca lengsernya Soeharto di mana banyak terjadi kerusuhan serta banyaknya wilayah yang menyatakan ingin lepas dari Indonesia.

Dalam pemerintahannya sebagai Presiden, Ia membuat banyak keputusan penting. Salah satunya adalah melahirkan UU Otonomi daerah. Ia juga membebaskan rakyat dalam beraspirasi sehingga membuat banyak partai politik baru bermunculan.

Ia juga berhasil menekan nilai mata uang rupiah terhadap dollar hingga di bawah 10 ribu padahal waktu itu nilainya pernah mencapai 15 ribu per dollar, ia juga melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.

Habibie Melepas Jabatan Presiden

Sampai akhirnya ia di paksa pula lengser dari jabatan presiden Indonesia setelah sidang umum MPR tahun 1999, Pidato pertanggungjawabannya sebagai presiden di tolak oleh MPR.

Namun dalam buku biografi BJ Habibie yang berjudul ‘Detik-detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi‘, ia mengatakan bahwa permasalahan timor-timor adalah ‘menghambat stabilitas politik dan ekonomi’. Sehingga konflik dari timor-timor dapat mengganggu pelaksanaan Reformasi.

Jabatannya sebagai Presiden kemudian di gantikan oleh K.H Abdurrahman Wahid (Gusdur). Ia pun kembali menjadi warga negara biasa dan kembali bermukim di Jerman walaupun biasa juga pulang ke Indonesia.

Keteladanan BJ Habibie

Habibie juga merupakan sosok yang sangat mencintai tanah airnya Indonesia. Ia rela kembali ke Indonesia mewujudkan mimpinya membuat pesawat terbang bagi tanah airnya. Untuk menghubungkan seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Walaupun ketika itu posisinya di Jerman juga sangat penting dan sangat di kenal di sana.

Ia juga di kenal merupakan sosok yang sangat visioner dan fokus dengan tujuannya. Ia membangun Indonesia dengan teknologi melalui pesawat terbang. Salah satu keberhasilannya adalah membuat pesawat N250 Gatot Kaca. Ia juga terkenal dengan perannya yang membangun berbagai industri strategis di Indonesia ketika menjabat.


Ainun Habibie Wafat

Lama tak terdengar kabarnya, kemudian pada tanggal 22 Mei 2010, istrinya yaitu Hasri Ainun meninggal di Rumah Sakit Ludwig Maximilians Universitat, Klinikum, Muenchen, Jerman karena penyakit kanker ovarium. Ainun Habibie  meninggal pada hari Sabtu pukul 17.30 waktu Jerman atau 22.30 waktu Jakarta.

Kepastian meninggalnya Hasri Ainun dari kepastian Ali Mochtar Ngabalin, mantan anggota DPR yang di tunjuk menjadi wakil keluarga BJ Habibie. Ini menjadi duka yang amat mendalam bagi Mantan Presiden ke III Indonesia ini. Termasuk Rakyat Indonesia yang merasa kehilangan.

Baginya, Ainun adalah segalanya. Ainun adalah mata untuk melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie adalah segalanya, pengisi kasih dalam hidupnya. Namun setiap kisah mempunyai akhir, setiap mimpi mempunyai batas.

BJ Habibie Wafat

Bapak Teknologi Indonesia sekaligus Putera terbaik bangsa Indonesia BJ Habibie wafat pada tanggal 11 September 2019 di Rumah sakit RSPAD Gatot Soebroto. Ia wafat karena masalah jantung setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit.

Jenazah mantan presiden Indonesia ke III ini di semayamkan di Patra kuningan, Jakarta. Habibie di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta di samping makam istrinya.

Karya Habibie

Beliau merupakan spesialis dalam hal rangcang bangun pesawat terbang. Salah satu karyanya yang paling di kenal di Indonesia adalah menciptakan pesawat terbang buatan Indonesia yakni N-250 Gatot Kaca yang berhasil terbang.

Beliau juga pernah mendesain dan membangun VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31, Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130, Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ), Airbus A-300 untuk 300 penumpang serta pesawat CN – 235. Selain itu ia juga berpartisipasi dalam membangun Helikopter BO-105, Multi Role Combat Aircraft (MRCA).

Leave your vote

Tinggalkan Balasan

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.